Rabu, 09 Februari 2011

Pembelajaran berbasis media Online

Perkembangan sudah semakin pesat, sementara keterbatasan akan gerak dan waktu membuat banyak kegiatan dan perencanan menjadi terhambat. Sering kegiatan-kegitan yang akan dilaksanakan tidak dapat dilaksanakan karena kondisi yang masih bersifat konvensional (tatap muka). Kendala konvensional (tatap muka) ini banyak dirasakan oleh kalangan dunia pendidikan dimana pembelajaran yang dilakukan haruslah tatap muka sehingga hari belajar (senin s/d sabtu) terasa tidak mencukupi, di tambah lagi banyaknya jumlah mata pelajaran dan jumlah siswa.

Kemudahan teknologi informasi dan komunikasi sudah memungkinkan meniadakan keterbatasan gerak dan waktu bahkan hari belajar (senin s/d sabtu) bahkan hari libur sudah dapat digunakan untuk tetap melakukan pembelajaran. pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran berbasis teknologi komunikasi internet. Seorang pengajar menyampaikan bahan ajar yang di buat di tengah malam di saat siswa masih tertidur lelap, di luar kota (jauh dari sekolah) tetapi pagi harinya siswa sudah dapat memperoleh materi bahan ajar untuk dilaksanakan. Begitu juga sebaliknya di saat pengajar sibuk, tugas dan latihan siswa dapat diterima sekalipun sang pengajar sedang berada di Eropa.

E-learning, Learning Management System dan berbagai program-program pembelajaran online sudah harus dapat diterjemahkan dan diterapkan oleh setiap sekolah sebagai media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sekolah jangan lagi menjadikan hari belajar dan tatap muka sebagai momok ketidaktercapaian materi bahan ajar kepada siswa.  Ketertutupan akan teknologi informasi dan komunikasi  (baca internet) menjadikan dunia terasa sempit, bahkan hari belajar dan waktu serta materi tidak akan pernah tercapai. Solusi yang tepat untuk memulai pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Banyak kendala yang akan dihadapi dan yang terpenting pada dasarnya adalah komitmen. Karena banyak sekarang ini komitmen menjadi komoditi untuk menaikkan harga atau mutu yang pada dasarnya komitmen tersebut tidak pernah dilaksanakan. Slogan-slogan dan visi-visi berbasis teknologi hanya sebagai hiasan dari tujuan dan visi sekolah agar dapat disejajarkan dengan kebanyakan sekolah. Ironis memang di kala murid dan siswa membutuhkan percepatan teknologi tetapi terhambat oleh kebijakan dan keterbatasan sekolah yang tidak mendukung (baca sarana dan prasarana). Bahkan yang sudah ada pun tidak untuk ditingkatkan tetapi untuk dihabiskan.


Banyak sudah cerita di dapat di sekolah-sekolah akan sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi, mulai dari cerita ketiadaan listrik, ruang sampai pendanaan. Semuanya dijadikan  tanggungjawab pemerintah untuk menjawab keterbatasan tersebut. Tetapi solusi selalu ada jika komitmen sudah dicetuskan dan dijalankan maka orangtua siswa sudah dapat dipastikan mendukung. Hanya saja kepedulian akan memajukan itu yang masih belum ada, yang masih terus dan tetap dikembangkan adalah kepentingan pribadi dan siswa hanya sebagai kendaraan-nya saja. Siapa yang peduli...?????!!!!!?????