Rabu, 22 Desember 2010

Ungkapan the right men and the right

Ungkapan di atas tidaklah tepat bila diartikan "Individu yang tepat pada pekerjaan yang tepat" atau "Pekerjaan yang dilakukan oleh individu yang memang memiliki kemampuan dibidangnya" karena telah terjadi penyimpangan terapan di masyarakat dan yang banyak terjadi adalah  "the right men and the outside job". Inti dari ungkapan di atas pada dasarnya adalah kemampuan (keterampilan) yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuai dengan bidang keterampilannya yang diharapkan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan bidangnya.

Bila bertitik tolak dari konsepnya maka tidaklah mudah untuk melaksanakannya, bahkan sering terjadi 
Pembelajaran karena perkembangan bidang itu sendiri yang terus berubah. Siapakah yang mampu untuk mengikuti perkembangan (baca perubahan) pada bidang tersebut tentulah individu yang memiliki pekerjaan di bidang tersebut. Bila dilakukan bukan oleh individu yang menekuni bidang tersebut maka dapatlah dipastikan hasilnya tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Ada banyak alasan kenapa ungkapan di atas tidak dapat dilaksanakan, diantaranya:
1. Like or Dislike, faktor ini adalah suka atau tidak suka nya seseorang untuk menempatkan individu lain pada suatu bidang tertentu dan ini menjadi alasan yang teratas dalam pelaksanaannya. Bodoh pun orang tersebut di bidangnya tetap aja menjadi orang yang tepat karena faktor suka, atau sebaliknya mampu pun orang tersebut karena faktor tidak suka maka tetap aja orang tersebut tidak ditempatkan pada bidangnya. Siapakah yang bertanggungjawab jika terjadi ketidakmampuan seseorang dan yang paling parahnyanya lagi terjadinya upaya pengalihan tanggungjawab pada orang lain sementara yang tidak seharusnya bertanggungjawab menjadi korban ketidakmampuan orang lain. Anehnya, keadaan ini menjadi suatu yang lumrah dan wajar karena adanya pilihan suka dan tidak suka

2. Aji Mumpung, faktor ini banyak sekali digunakan seseorang untuk menunjukkan kinerja yang sebenarnya individu tadi tidaklah memiliki kemampuan di bidang itu tetapi kelihatan seolah-olah mampu (capable). Tetapi sebenarnya adalah "What they do just pretending that the job is good" karena penilaian bukan dari orang lain tetapi dari dia sendiri. Bila kondisi ini diteruskan akan menjadi keberhasilan semu karena tidak didasari kemampuan yang memang dikerjakan oleh individu dibidangnya. Ini adalah sebuah permainan sesaat yang akan dimainkan dan saat permainan itu menghadapi hambatan maka yang bertanggungjawab bukanlah pemainnya tetapi penontonnya yang tidak mampu memahami permainan tersebut. How's funny, isn't it?

3. Nothing to loose, faktor ini lebih menganggap bahwa the right men and the right job diperlukan setelah terjadi masalah dan sepanjang tidak ada masalah maka tidak ada ruginya atau salah dikerjakan oleh individu yang bukan menguasai bidang tersebut. Seburuk apa pun hasil pekerjaan tadi maka sudah ada individu yang akan dipersalahkan sesuai dengan bidangnya walaupun individu yang di bidang tersebut tidak mengetahui asal usul masalahnya. 

Bagaimana sesuatu itu dapat dikatakan berjalan dengan baik bila ungkapan di atas tadi disalahartikan dan dipaksakan karena faktor yang 3 diatas tadi. Dan tidaklah mudah untuk mengemban suatu pekerjaan tetapi lebih tidak mudah lagi untuk memberikan sesuatu yang memang harus dikerjakan oleh individu yang memang di bidangnya. Semoga pembelajaran hidup dan dunia kerja tidak menjadi sebuah ajang pembuktian diri yang menghalalkan segala cara tetapi pembelajaran hidup dan dunia kerja menjadi sebuah pembuktian keharmonisan hidup itu sendiri dan kerja itu sendiri!!!???!!???

Jumat, 10 Desember 2010

Internet sebagai media Pembelajaran

Media internet sebagai media komunikasi dan informasi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita dewasa ini. Sebut saja dikalangan pelajar, sudah menjadi "keharusan" bagi pelajar (khususnya tingkat SMA, bahkan SMP dan SD) memiliki sebuah jaringan sosial facebook, twitter atau friendster. Tanpa disadari pula bahwa pembelajaran media internet justru didapat pelajar bukan dari sekolah karena kebanyakan pengguna jaringan sosial di kalangan pelajar berasal dari sekolah yang tidak memiliki komputer, tetapi mereka dapat memahami penggunaan jaringan sosial facebook. 

Apa yang terjadi di masyarakat, bahwa dunia di luar sekolah ternyata lebih mampu memberikan "pembelajaran" penggunaan media internet kepada pelajar dan ini jelas segi positifnya dalam pembelajaran di luar sekolah. Lantas bagaimana dengan tenaga pendidik di sekolah yang belum dapat memaksimalkan pemanfaatan internet sebagai media komunikasi? Apakah sudah siap tenaga pendidik mengungkapkan bahwa teknologi komputer (baca internet) harus dikuasai pelajar sementara kesiapan tenaga pendidik masih belum siap dengan internet itu sendiri.

Ada beberapa hal kenapa para pendidik "kudu" mampu menggunakan media internet sebagai media komunikasi dan bukan menjadi tertinggal dan apriori dalam pemanfaatan media internet. Bagaimana cara menjawab tantangan di atas agar pelajar yang berseliweran di dunia maya tadi wajib mampir ke dunia maya para tenaga pendidik:
1. Mulailah bersahabat dengan media internet, artinya seperti pepatah "tak kenal maka tak sayang". Tenaga pendidik masih banyak yang menjadi penonton di dunia internet dan bukan menjadi pelaku-nya. Tetapi ironisnya tenaga pendidik selalu menyuruh pelajar untuk memanfaatkan media internet dalam pencarian informasi dan sumber informasi.

2. Masih minimnya fasilitas untuk berkomunikasi menggunakan media internet, mulai dari keterbatasan perangkat keras seperti komputer, jaringan internet sampai kepada keterbatasan sarana pendukung seperti kelistrikan, jaringan telepon. Berbicara masalah pengadaan ini tidak akan pernah habis-habisnya karena menyangkut banyak pihak yang terlibat tetapi tetaplah menjadikan media internet sebagai media komunikasi kepada pelajar.

3. Menjadikan internet sebagai media pembelajaran, artinya tenaga pendidik tidak lagi sekedar menyarankan atau menyuruh pelajar memanfaatkan internet tetapi sudah harus bisa dan mampu  mendampingi pelajar memanfaatkan sumber informasi ke arah positif sebagai sumber pembelajaran.

Menurut hemat saya jika kita menyadari bahwa teknologi (baca internet) tidaklah menjadi faktor penyebab terjadi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat termasuk dampaknya terhadap pelajar tetapi belum siapnya pelajar menjadikan media internet sebagai media pembelajaran dan sekaligus salah satu sumber pembelajaran. Lingkaran ini akan menjadi tak pernah habis-habisnya bila di bahas dan menjadi pembahasan yang justru akan saling menyalahkan yang kahirnya berujung kepada pembatasan dan pelarangan penggunaan internet (apriori). Janganlah sesuatu yang diawalnyanya disebutkan sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat dan setelah menemui "kesulitan-kesulitan/hambatan" menjadi kurang bermanfaat bahkan dijauhi dan dianggap berbahaya sehingga tidak perlu untuk diketahui.

Apakah anda termasuk orang yang menjadikan media internet sebagai media pembelajaran atau malah orang yang menjadikan media internet sebagai media pembelajaran yang perlu dijauhi (baca berbahaya). Selamat bekerja. 

Jumat, 03 Desember 2010

Cara men-setting IP address

Pengguna internet yang menggunakan beberapa jasa layanan internet pastilah harus menyetting terlebih dahulu "IP address" agar dapat melakukan koneksi. IP address berupa susunan angka-angka yang mempunyai makna yang mengidentifikasi alamat pengguna. Pengguna koneksi wireless pun haruslah terlebih dahulu menyetting IP Address untuk dapat terkoneksi, jadi tanpa IP Address ini maka koneksi tidak dapat dilakukan.

Tidaklah sulit untuk menyetting IP Address pada sebuah koneksi. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah:

1. Provider layanan (penyedia jasa layanan)
Setiap provider memiliki IP Address yang berbeda-beda. Seperti telah disebutkan di atas bahwa IP Address ini merupakan alamat dan sebagai identitas provider tersebut. Sebut saja Speedy dari telkom mempunyai IP Address 192.168.1.xxx

2. User (pengguna) tidaklah dibenarkan menggunakan nomor IP Address yang sama pada posisi "xxx" sehingga range yang disediakan oleh provider pun cukup banyak hingga ratusan nomor user

Langkah-langkah men-setting IP Address (disini menggunakan speedy):

1. klik kanan mouse pada icon jaringan (network) pada taskbar-open network connecton

2. muncul jendela network connection (seperti jendela berikut ini)



pada pilihan local area conection klik kanan mouse-properties

3. muncul jendela local area network connection (seperti jendela berikut ini)


pilih Internet Protocol TCP/IP - klik properties

4. muncul jendela Internet Protocol TCP/IP properties (seperti jendela berikut ini)



isikan IP Address dengan XXX-XXX-X-XXX (192.168.1.10)
klik subnet mask dan angka isiannya muncul dengan sendirinya 255.255.255.0
default gateway isikan dengan 192.168.1.1
prefered DNS server isikan dengan 192.168.1.1

Pada IP Address yang dapat diganti-ganti jika IP nya sama/bentrok adalah 3 angka yang terakhir pada IP Address. Seperti contoh di atas maka angka 10 dapat aja diganti menjadi 25, 110 89, atau 67 dan seterusnya.

Nah selesai sudah setting IP Addres untuk komputer anda dan bersiaplah untuk browsing di internet. Tidaklah susah untuk melakukannya jika langkah-langkah di atas dapat dilaksanakan dengan benar walaupun anda tidaklah seorang yang ahli (expert) dalam koneksi internet. Dan ini dapat dicoba untuk memahirkan karena pada saat seseorang tidak dapat anda hubungi maka langkah ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya memperbaiki koneksi internet komputer. Selamat mencoba....!!!!!