Tampilkan postingan dengan label blog competition | green hospital | Opini | rsud | rumah sakit | rumah sakit berwawasan lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label blog competition | green hospital | Opini | rsud | rumah sakit | rumah sakit berwawasan lingkungan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Juni 2013

Menuju rumah sakit yang berwawasan lingkungan

Dewasa ini pembangunan sebuah gedung yang ramai dikunjungi masyarakat yang menjadi permasalahan adalah tempat parkir untuk kendaraan baik roda dua maupun roda empat sehingga prioritas untuk nuansa alami jarang sekali nampak pada tempat parkir karena setiap jengkal areal kosong di parkiran dituntut untuk kendaraan bukan untuk hijau. Sudah dapat dipastikan tempat parkir kelihatan gersang dan dipenuhi jejeran kendaran roda empat dan roda dua, termasuk rumah sakit. konsep green hospital patut diacungkan jempol dan sudah seharusnya (better late than never) karena selama ini yang dituntut untuk nuansa alami bangunan-bangunan di luar rumah sakit. Hijau atau tidaknya lingkungan sebenarnya dapat terlihat dari kunjungan pertama kita ke bangunan tersebut, karena kesan pertama begitu kunjungan pertama ketemu nuasa alami maka kenyamanan sudah dapat dirasakan. Mengikut konsep pembangunan perumahan selalu mengutamkan konsep asri dan sudah tentu kelengkapan sarana lainnya, tetapi yang menjadi kata kuncinya tetap lingkungan yang asri (green environmet). Konsep lingkungan hijau haruslah diawali dari nuansa pengunjung datang, dan ini bisanya parkiran.

Seperti halnya rumah sakit, kunjungan pertama pasien adalah masuk ke areal parkiran, dan jarang sekali parkiran rumah sakit bernuansa hijau dimana pepohonan masih jarang terlihat yang ada hamparan aspal dan jejeran kendaraan. Setelah dari parkiran terus keruang pendaftaran, nuansa hijau pun masih jarang kelihatan, yang ada malah memperbanyak kursi tunggu pasien yang berobat. Setiap ruang kosong diisikan kursi tunggu sehingga nuasa hijau pun luput dan nyaris tidak terlihat, kalaupun ada tanaman terkesan seadanya yang kurang mendapat perhatian serius. Sambil menunggu di ruang tunggu, kelihatan koridor kadang dipenuhi oleh peralatan medis seperti tempat tidur dorong, kursi roda, atau kereta dorong obat dan tabung gas. Setelah mendapat giliran masuk ke ruang dokter, juga yang kelihatan bukan nuansa hijau melainkan nuansa medis sehingga jauh dari hijau. Tetapi jika dibandingkan masuk ke ruang dokter anak, koq lebih fun dan enjoy  rasanya karena warna warni dinding ruangan dan berbagai macam pernik hiasan (sudah tentu ada nuasan hijaunya). Setelah selesai periksa, terus menuju ke ruang pengambilan obat, juga kursi tunggu yang diperbayak, dan sambil menunggu obat pun yang kelihatan hanyalah nuansa medis. 


Kalaupun ada taman di rumah sakit lebih diperuntukkan bagi pasien yang rawat inap itupun menempati area yang sangat kecil dibandingkan keseluruhan luas bangunan. Pengalaman selama rawat inap, menyangkut nuansa hijau itu hanya ada di taman saja dan biasanya taman berada di tengah bangunan rawat inap berbentuk U, tetapi di luar taman nuansa hijau tadi hilang dan kembali nuansa medis yang tampak. Ada baiknya nuansa hijau tadipun mewarnai ruang rawat inap, setidaknya dengan bantuan poster atau photo mungkin, atau media lainnya. Walaupun tidak semua pasien rawat inap memperhatikan itu, apalagi pasien yang hanya menghabiskan waktu di tepat tidur saja. Dilema memang bagi rumah sakit dalam pembenahan lingkungan asri antara penyembuhan dan kenyaman. 

Pengalaman saya di atas tadi mungkin sering kita temui di banyak rumah sakit, mungkin faktor bahwa ke rumah sakit untuk berobat lalu sembuh dan bukan untuk jalan-jalan. Jika dibandingkan dengan hotel, saat berada di parkiran, tatanan parkir nampak asri dan masuk ruang tunggu receptonist setiap sudut nampak pot-pot bunga dan masuk ke kamar tertata apik, dan lihat lewat jendela nampak taman. Memang ada jawaban yang gampang mementahkan anggapan tadi, bahwa ini rumah sakit bukan hotel, kalau sakit ke rumah sakit tapi kalau mau piknik jangan ke rumah sakit. 

Memang berat menghadapi pembenahan rumah sakit yang benar-benar green hospital, pilihan antara membenahi lingkungan agar tampak asri atau menyembuhkan pasien dari penyakit. Kalau ini yang ditanyakan kepada pasien maka sudah dapat dipastikan pasien memilih sembuh sekalipun lingkungan rumah sakitnya masih jauh dari konsep green hospital yang digalakkan pemerintah. Dan ini alasan pasien ke rumah sakit yaitu untuk sembuh dari penyakitnya dan bukan untuk menikmati lingkungan yang asri tadi. Kalau melihat itu maka konsep green hospital bisa diterapkan dan bisa pula tidak diterapkan sepanjang pasien bisa sembuh.

Disinilah kebijakan yang harus disikapi oleh pihak rumah sakit, bahwa lingkungan hijau dan asri dapat memberi ketenangan yang sudah dapat membantu proses penyembuhan pasien, apalagi ditambah dengan pelayanan dari para tenaga medis yang memang comfortable, artinya dialog antara pasien dan tenaga medis terjadi dialog interaktif barulah muncul kesimpulan. Karena saya pernah mengalami membawa anak ke dokter anak, begitu kami masuk dan melihat kondisi anak kami yang berat badan tidak sesuai maka langsung di vonis "anak bapak kurang gizi", terus di tanya di beri susu apa? (maaf, dari segi harga termasuk susu yang mahal buat anak) dan semua anjuran dokter tadi sudah kami jalani semuanya...lah yang bingung akhirnya dokter anak itu sendiri dan kami pun pulang tanpa hasil...kalau hanya menerima pernyataan kurang gizi kenapa harus ke rumah sakit, kita sendiri saja tahu berat badan yang kurang...justru yang kita mau itu apa penyebab dan bagaimana solusinya. Itulah seputaran kisah tentang dialog yang tidak terjadi antara pasien dan tenaga medis dimana tenaga medis melakukan diagnosa melalui indra penglihatan (mata) lalu muncul pernyataan tadi kurang gizi....kalaupun ada penggunaan kata seperti atau kelihatannya   mungkin kami pun bisa menerima dan dibarengi dengan tindakan pemeriksaan. Kalau sudah seperti itu maka yang dirugikan tentu kami sebagai pasien, dan bagi rumah sakiti yach nothing to loose. Diharapkan rumah sakit bisa menjadi sumber informasi penyakit yang valid sehingga pasien tidak lagi mencari alternatif lain.

Tidaklah gampang melengkapi fasilitas rumah sakit termasuk fasilitas daur ulang limbah sehingga lingkungan tampak dan tampil se-asri mungkin. Ini semua sudah dapat dipastikan memerlukan dana yang besar karena menyangkut tenaga operasional dan lain sebagainya. Dibalik itu jika kami sebagai pasien ditanyakan antara green hospital atau kesembuhan, sudah pasti kami menginginkan kesembuhan dari penyakit walaupun jauh dari konsep green hospital. Tetapi sebagai penyedia layanan kesehatan sudah seharusnya memperhatikan konsep pelayanan yang utama dan dilengkapi dengan konsep green hospital. Tanpa disadari bahwa kenyaman dan ketenangan (lingkungan dan tenaga medis) dapat mempercepat kesembuhan pasien. Kenangan asrinya rumah sakit tadi dapat ditularkan sesampainya di rumah sehingga secara tidak langsung memberi contoh lingkungan asri kepada pasien dan selanjutnya pola hidup sehat (lingkungan terutama) tertanam di masyarakat. Konsep yang diterapkan untuk rumah sakit sudahlah tepat yaitu konsep green hospital dan sudah dapat menjawab tantangan di masa depan karena dewasa ini sudah banyak kecenderungan masyarakat yang mampu berobat ke luar negeri terutama Malaka (Malaysia) dan singapura. Akankah rumah sakit yang memegang konsep green hospital hanya slogan belaka atau sekedar kampaye? Sekarang, tinggal komitmen dan kebijakan baik pemerintah maupun pengelola rumah sakit untuk segera mewujudkannya...
Semoga.

Tulisan ini buat untuk "blog competition Green Hospital oleh RSUD Daya Makassar"