Rabu, 11 Mei 2011

Guru go online, kenapa tidak?

Mungkin topik dalam tulisan saya kali ini sudah saya utarakan pada tulisan saya sebelumnya di halaman blog saya ini. Tetapi karena semakin urgent-nya terhadap topik ini maka saya kembali menuliskannya di sini. ketertarikan untuk tetap dan terus menyuarakan topik ini dikarenakan tuntutan perubahan yang harus tetap diikuti (up-to-date).

Sering kita membicarakan dan sudah banyak yang mengumandangkan bahwa internet media komunkasi dan informasi yang belum ada tandingannya untuk saat ini. Sebut saja mulai dari kalangan pebisnis nasional, regional dan dunia sampai ibu rumah tangga yang ngerumpi lewat jejaringan sosial menggunakan internet sebagai medianya. Mulai dari dampak negatif sampai positif internet pun juga sudah sering diperdebatkan dan menjadi fenomena di negara kita ini. Sebut saja kasus yang menimpa pasangan artis indonesia, kasus jejaringan sosial facebook sampai yang baru-baru ini gaya khasnya Briptu Norman yang menirukan gaya menarinya bintang india bahkan mengalahkan penyanyi aslinya dalam jumlah pengunjung di internet. Apakah ini menandakan bahwa Internet sebagai media informasi dan komunikasi tidak lagi menjadi konsumsi kelompok masyarakat tertentu saja?


Kalau itu sudah menjadi bagian dari mobilitas hidup di masyarakat maka pertanyaan yang menggelikan bahkan mengharukan adalah Sudahkah para Guru (notabene sebagai salah satu agent of change) mampu ber-internet ria? Inilah fenomena yang menurut saya menjadi urgent dimana saat para Guru mengumandangkan "sekarang ini anak-anak harus menguasai informasi, atau sekarang ini kita hidup di era digital, era globalisasi dan seterusnya" justru sebaliknya, yang terjadi siswanya telah lebih dahulu memasuki dunia yang di sebutkan Guru-nya sementara saat ini boleh dikatakan bahwa Guru hanya bisa sebatas menyampaiakan apa yang dianggap oleh orang banyak bermanfaat walaupun sebenarnya untuk browsing di internet saja Guru belum pernah.

Inilah kondisi yang perlu untuk dibenahi dan di tata mulai dari sekarang (masih belum terlambat) agar keadaan di atas tidak lagi menjadi "slogan belaka" atau sebuah "lips service" agar tidak dianggap jadul atau ketinggalan zaman atau tidak mengenal globalisasi, era digital dan lain sebagainya. Membenahi hal-hal di atas tidaklah semudah mengatakannya karena memerlukan fasilitas dan tentu biaya yang tidak sedikit. Motivasi berubah untuk dapat tetap up to date di kalangan Guru boleh dikatakan masih rendah, hal ini dapat terlihat dari kegiatan dan aktivitas Guru yang merupakan rutinitas dan akhirnya itu yang membuat Guru itu sendiri menolak perubahan, misalnya dikenalkan dengan komputer malas untuk menggunakannya, dikenalkan dunia internet maka 1001 alasan akan muncul.

Sudah seharusnya Pemerintah memprioritaskan kemampuan para Guru di bidang digital melalu berbagai macam pelatihan, seminar, workshop dan pembelajaran berbagai media digital kepada para Guru. Banyak cara dapat dilakukan pemerintah (tanpa ada niat menggurui) untuk memajukan Guru dalam meningkatkan kemamapuan internet Guru melalui kerjasama dengan pihak Telkom, maupun pihak swasta khususnya penyelenggara kartu selular. Hanya saja kendalanya masih tertutupnya dunia pendidikan terhadap dunia luar yang bergerak di bidang informasi dan komunikasi. Apakah yang harus dilakukan? Kembali kepada pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dunia pendidikan yang sudah seharusnya menjadikan media informasi dan komunikasi sebagai media transformasi ilmu dan keterampilan. Merombak paradigma lama menjadi paradigma digital. Maukah kita melakukan perubahan dalam menyikapi ini? Atau malah sebaliknya Sudah puaskah dengan apa yang kita peroleh saat ini? Ayo para Guru go online......!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar